Saronen Madura (Definisi, Ciri khas Instrumen)
INSTRUMENT
MUSIK SARONEN MADURA
Tahukah
anda dengan Saronen ?
Saronen
adalah suatu kombinasi tarian dan musik yang berasal dari kota sumenep, yang
biasanya dimainkan secara berkelompok yang terdiri dari terompet, gong, rebana
dsb yang dimainkan dengan cara berdiri diiringi musik saronen serta
lenggak-lenggok para pemain rebana dan gong sambil menabuh gendang dan meniup
terompet,
Ketika
anda menyaksikan beberapa atraksi kesenian daerah di Madura, instrumen musik
pengiring yang paling dominan adalah Saronen. Instrumen musik ini sangat
kompleks dalam penggunaannya. Katakanlah musik serba guna yang mampu
menghadirkan berbagai nuansa sesuai dengan kepentingan. Walaupun musik
instrumen ini merupakan perpaduan dari beberapa alat musik, namun yang paling
dominan adalah liukan-liukan alat tiup berbentuk kerucut sebagai alat musik
utama. Alat musik tersebut bernama Saronen.
Konon,
orkes Saronen ini berasal dari desa Sendang, kecamatan Pragaan. Saronen berasal
dari kata Senninan, (hari Senin). Kala itu, kyai Khatib Sendang (cicit Sunan
Kudus), menciptakan orkes ini sebagai media dakwah untuk penyebaran agama
Islam. Setiap hari pasaran yang jatuh pada hari Senin, Kyai Khatib
menggunakannya dalam upaya menarik massa. Pertama kali yang dilakukan oleh Kyai
yang inovatif ini, acara diawali dengan munculnya dua badut. Kedua badut ini,
menari dan menyanyi serta melawak. Adapun materi lawakan banyak berisi sindiran
dan kritikan tentang situasi dan kondisi serta kebijakan
pemerintahan pada masa itu. Untuk meramaikan dan menambah semarak adegan-adegan
yang dibawakan kedua badut tersebut, maka acara tersebut diselingi musik
yang mampu membangun suasana menjadi riang gembira.
Setelah
massa terkumpul, barulah kyai Khatib Sendang memulai dakwah. Sehingga pada
waktu itu banyak sekali yang tertarik, kemudian menyatakan diri untuk mengikuti
ajaran agama Islam. Tentu saja, kyai Khatib dalam menciptakan instrumen musik
Saronen menyesuaikan dengan karakter masyarakat Madura. Suku Madura merupakan
sosok yang terkenal mempunyai watak keras, polos, terbuka dan hangat. Sehingga,
jenis musik riang dan ber-irama mars menjadi pilihan yang paling pas. Dan dalam
perkembangannya, musik Saronen menjadi musik yang sangat digemari dan merakyat
serta menjadi trade mark musik Madura.
Saronen
ditampilkan ketika acara pesta rakyat, syukuran rakyat, karapan sapi,
penyambutan tamu dsb. Namun tingkat keberadaan saronen sekarang semakin
terancam keberadaannya, salah satu penyebabnya adalah tingkat kesadaran
masyarakat sedikit dalam melestarikan budaya ini, bahkan banyak anak muda yang
cuma nonton tetapi tidak tahu namanya,
Pemerintah
dari empat kabupaten di Madura juga berusaha keras untuk tetap melestarikan
budaya ini misalnya pada waktu memperingati hari jadi masing-masing Kabupaten
itu. Seperti di Sumenep misalnya, pemerintah mengadakan acara kirap dan pawai
kebudayaan yang diikuti oleh para pelajar se-Sumenep serta diiringi dengan
musik Saronen.
Kita
semua tentu ingin agar musik Saronen selalu lestari tanpa terkikis oleh jaman
dan waktu, dan salah satu impian kita semua apabila musik saronen Go
Internasional! semua itu tak akan terwujud tanpa adanya kesadaran dari
kita semua dan ada campur tangan pemerintah, Mari kita lestarikan budaya lokal
kita karena budaya adalah tanggung jawab kita, kalau bukan kita siapa lagi yang
peduli sama semua ini.
Ciri
khas Instrumen Saronen
Musik
instrumentalia Saronen terdiri dari 9 alat musik dengan nilai filosofi Islam
yang sangat kental. Karena ke- sembilan alat musik tersebut adalah
pengejawantahan ayat pendek yang menjadi pembuka Al’Qur’anul Karim, yaitu
Bismillahhirrohmanirrohim. Adapun ke-9 alat musik tersebut terdiri dari ;
1 saronen, 1 gong besar, 1 kempul, 1 kenong besar, 1 kenong tengahan, 1 kenong
kecil, 1 korca, 1 gendang besar dan 1 gendang dik gudik
(kecil).
Kesembilan
alat musik tersebut menjadi perpaduan yang harmoni, sedangkan. yang menjadi ruh
dari orkes ini adalah alat musik Saronen yang berbentuk kerucut. Alat musik ini
terbuat dari pohon jati, dengan enam lubang berderet di depan dan satu lubang
di belakang. Sebuah gelang kecil dari kuningan mengaitkan bagian bawah dengan
bagian atas. Ujungnya terbuat dari kayu siwalan dan menjepit lidah gandanya
(pepet), terbuat dari sepat atau dari daun pohon siwalan. Pada pangkal alat
musik itu ditambah sebuah sayap dari tempurung kelapa yang nampak seperti
kumis. Saronen berukuran sekitar 40 cm. Alat musik jenis ini berasal dari Timur
Tengah.
Dalam
perkembangannya, alat musik yang terdiri dari 9 unsur tersebut mengalami
penambahan sehingga menjadi 12 alat musik. Yaitu dengan penambahan 1 alat musik
saronen serta 1 alat musik kempul. Begitu pula dengan jumlah penabuh/pemusik.
Orkes Saronen yang tetap memakai komposisi (versi) lama, menggunakan alat musik
sebanyak 9 dengan penabuh sebanyak 9 personel. Masing-masing membawa satu alat
musik, sedangkan gong dan kempul dipikul oleh dua penabuh, yang secara
bergantian memukul alat musik tersebut. Sedangkan yang menggunakan komposisi
(versi) baru alat musik berjumlah 12, serta penabuh/pemusik juga berjumlah 12
orang.
Instrumen
Musik ber-irama Mars
Irama
yang dihasilkan dari instrument musik Saronen dipakai sebagai pengiring
kegiatan Kerapan Sapi, atraksi Sapi Sono’, berbagai upacara ritual di makan
keramat, acara pesta perkawinan ataupun dalam event-event kesenian. Selain itu
orkes musik Saronen dapat berdiri sendiri dengan menyajikan berbagai
bentuk tontonan yang menarik dan atraktif. Yaitu dengan cara memodifikasi
berbagai unsur gerak, baik seni tari, seni hadrah maupun seni bela diri silat
dalam kemasan gerak tari sesuai irama musik yang dimainkan. Begitu pula dengan
lagu-lagu yang dibawakan, musik. Saronen mampu mengiringi lagu-lagu dari
berbagai aliran musik, baik itu keroncong, dangdut, pop, rock and rool maupun
lagu-lagu daerah lainnya. Lagu-lagu keroncong yang ber-irama mendayu-dayu
misalnya, mampu digubah dalam irama mars yang dinamis.
Dalam
setiap atraksi, orkes Saronen ini mampu membangun serta menciptakan suasana
yang hangat dan gembira. Ketika berjalan mengikuti iring-iringan pasangan sapi,
baik Kerapan Sapi atau Sapi Sono’, upacara-upacara ritual, mengiringi atraksi
kuda Kenca’ ataupun arak-arakan para pemusik ini berjalan dengan
langkah-langkah pendek sambil berlenggak-lenggok mengikuti irama,
gerakan-gerakan itu disesuaikan dengan irama lagu yang dibawakan.
Alat
musik Saronen biasanya dipakai sebagai pembuka komposisi dengan permainan solo.
Suaranya yang sedikit sengau dan demikian keras, meloncat-loncat,
melengking-lengking dan meliuk-liuk dalam irama yang menghentak. Baru setelah
itu diikuti oleh pukulan alat musik lainnya, pukulan gendang, kennong, ketukan
kerca dan simbal. Perpaduan alat-alat musik tersebut menghasilkan keselarasan
irama pada seluruh orkes.
Setiap
komposisi musik yang dimainkan, di awali dalam tempo lamban yang berubah
menjadi tempo medium, lalu semakin cepat, atau sebaliknya, permainan diawali
langsung dalam tempo medium langsung berubah menjadi cepat dan berakhir dengan
tempo yang semakin cepat untuk seluruh orkes. Permainan yang sangat variatif
dan penuh improvisasi dari para pemain, serta teriakan yang dilontarkan para
pemain menambah kegairahan pada irama yang sudah melengking dan
meloncat-loncat. Dalam setiap permainan, setiap komposisi lagu berakhir
seketika, dalam arti semua instrumen berhenti pada saat yang sama.
Seperti
halnya instrumen musik lain, Saronen dapat dimainkan sesuai dengan jenis
irama yang diinginkan. Walaupun sangat dominan memainkan jenis irama mars,
dalam bahasa Madura irama sarka’, Saronen ini mampu menghasilkan jenis
irama lainnya, yaitu irama lorongan (irama sedang). Jenis irama ini terdiri
dari dua, yaitu irama sedang “lorongan jhalan” dan irama slow
‘lorongan toju’. Masing-masing irama tersebut dimainkan di berbagai kegiatan
kesenian dengan acara serta suasana yang berbeda
Untuk
irama sarka’, biasanya dimainkan dalam suasana riang dan permainan musik cepat
dan dinamis. Tujuannya adalah memberikan semangat dan suasana hangat.
Adapun semua lagu dapat digubah dalam irama sarka’. Sementara itu, untuk jenis
irama lorongan, baik lorongan jhalanlorongan toju’ (slow), lagu-lagu yang
dimainkan biasanya berasal dari berbagai lagu gending karawitan. (sedang)
atau ketika mengiringi kerapan sapi menuju lapangan untuk berlaga, irama
sarka’ ini dimainkan untuk memberikan dorongan semangat, baik kepada sapi atau
pun pemilik serta para pengiring-nya. Begitu pula ketika orkes Saronen
mengiringi sepasang pengantin, irama ini dimainkan sampai sepasang
pengantin itu mencapai pintu gerbang. Musik ber-irama sarka’ ini, mampu
menciptakan suasana hangat dan kegembiraan bagi penonton.
Sedangkan
irama lorongan jhalan (irama sedang), biasanya dimainkan pada saat dalam
perjalanan menuju lokasi. Baik ketika sedang mengiringi sapi kerapan ataupun
atraksi sapi sono’. Selain itu, irama ini dimainkan ketika mengiringi atraksi
kuda kenca’ atau pun di berbagai acara ritual yang berkaitan dengan
prosesi kehidupan manusia. Adapun lagu-lagu yang dimainkan berasal dari
lagu-lagu gending karawitan, seperti gending Nong-Nong, Manyar Sebuh, Lan-jalan
ataupun Bronto Sewu.
Irama
lorongan toju’, biasanya memainkan lagu-lagu gending yang ber-irama lembut
(slow). Jenis irama ini dipakai untuk mengungkapkan luapan perasaan yang
melankonis, rindu dendam, suasana sedih ataupun perasaan bahagia. Irama
lorongan toju’ biasa dimainkan ketika mengiringi pengantin keluar dari
pintu gerbang menuju pintu pelaminan. Adapun gending-gending yang dimainkan
adalah alunan gending Angling, Rarari, Puspawarna, Kinanti, Gung-Gung dan
lainnya.
Dalam
setiap penampilan agar semakin memikat, biasanya para pemain menggunakan
seragam yang sama. Untuk acara-acara ritual, para pemain biasanya memakai
odheng Madura dan bersarung; ada juga yang mengenakan celana dan baju hitam
longgar khas petani Madura serta berkaos dengan motif garis-garis panjang
berwarna merah putih. Namun di kalangan kaum muda biasanya mereka tampil lebih
modern, dengan mengenakan pakaian warna-warna terang dan mencolok serta memakai
rompi yang dihiasi oleh rumbai-rumbai benang emas. Penampilan mereka
semakin keren dengan memakai kaca mata hitam serta topi lakan.
Khusus
musik Saronen, kaum muda (yang tinggal di pedesaan) tidak merasa malu ketika
menggeluti musik ini. Karena jenis irama yang dimainkan dapat disesuaikan
dengan perkembangan musik yang sedang ngetrent. Disamping itu musik etnik ini
mampu dimainkan, dimodifikasi dan diimprovisasi ke berbagai aliran musik.
Sehingga irama yang dihasilkan memenuhi selera masyarakat baik yang menyukai
jenis musik dangdut, pop, keroncong, karawitan/gendingan/tembang ataupun
aliran musik kontemporer.
sumber :
http://mediamadura.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Gunakan bahasa yang baik dan sopan dalam memberikan saran, motivasi ataupun teguran